software

Minggu, 27 April 2014

Liga Inggris: Man Utd 4-0 Norwich City Catatan Debut Ryan Giggs sebagai Manajer

Mungkin hanya permen karet yang membedakan Ryan Giggs dengan Sir Alex Ferguson pada pertandingan perdananya sebagai pelatih. Semalam, pria asal Wales itu menurunkan 100% skuat juara warisan bos terdahulunya musim lalu dan menyingkirkan Fellaini dan Juan Mata dari daftar pemain.

“Ini waktunya untuk bermain seperti Manchester United lagi,” ujar Giggs pada konferensi pers pertamanya. Kata-kata ini sebenarnya bisa diterjemahkan dengan “ini waktunya untuk bermain seperti Fergie lagi” (baca: Hantu Sejarah Bernama Fergie)

Ya, Giggs seolah memilih cara aman dengan bermain layaknya gaya mantan pelatihnya itu. Wajar, karena nyaris seluruh pengetahuan sepakbolanya selama 24 tahun berkarier di Old Trafford memang didapatkan dari Fergie.

Pola 4-2-3-1 yang menjadi dasar permainan David Moyes musim ini pun dirombak menjadi 4-4-2 andalan Fergie.



Susunan Pemain Manchester United dan Norwich (credit: whoscored.com)

Cara Beda Memanfaatkan Sayap

Bermain dengan gaya klasik 4-4-2, United tetap dapat menguasai pertandingan berkat umpan rapat 1-2 yang diterapkan Giggs. Namun, selebihnya, tidak ada yang istimewa dari apa yang diterapkan Giggs. Terutama pada babak pertama.

Ya, meski unggul pada babak pertama melalui tendangan penalti Wayne Rooney, sebenarnya United tidak bermain baik dalam pertandingan kali ini. Padahal lawan mereka adalah Norwich City, penghuni papan bawah Liga Inggris yang posisinya hanya satu strip di atas zona degradasi.

Memang dalam pertandingan sebelumnya, Norwich juga sempat merepotkan Liverpool dengan melakukan pressing ketat, karena Norwich masih harus berjuang keras agar tetap bertahan di kasta tertinggi Liga Inggris. Tapi, semalam pressing-pressing itu tak terlihat.

United masih tetap kesulitan menghasilkan peluang berbahaya. Serangan 'Setan Merah' terlalu berfokus kepada Antonio Valencia di sisi kanan. Ketiadaan Juan Mata membuat lini tengah menjadi kosong. Bola pun lebih banyak didorong cepat ke arah Rooney/Welbeck di depan jika Norwich sedang menghadang di area sayap.



Area permainan United babak pertama - Squawka

Satu hal yang membedakan Giggs dan Moyes sendiri adalah bagaimana Giggs memanfaatkan pemain sayap. Ia membuat kedua sayap menjadi lebih bertenaga dan memiliki fungsi lain.

Meski Giggs tetap memanfaatkan kekuatan utama Valencia dengan menginstruksikannya untuk turun-naik, pemain timnas Ekuador ini tak lagi monoton dengan hanya menghujani kotak penalti dengan umpan silang panjang dari sisi lapangan.

Giggs memintanya untuk mengurangi intensitas umpan silang. Sepanjang 90 menit pertandingan, “hanya” lima kali Valencia melakukan crossing, dengan empat diantaranya dilakukan pada babak pertama. Valencia justru melakukan umpan ke tengah sebelum ia memasuki area final third, bukan dengan menyisir lapangan lalu kemudian crossing ke kotak penalti.



Grafis umpan Valencia sepanjang pertandingan – Statszone

Merespons Taktik

Cara bermain sayap ini adalah solusi Giggs dalam menyikapi problematika di lapangan yang sering dihadapi Moyes. Biasanya, lawan-lawan United menerapkan lini pertahanan rapat sehingga tidak ada kesempatan bagi penyerang United untuk melakukan tembakan. Bahkan penyerang MU biasanya dipaksa berada dalam posisi membelakangi gawang.

Saat kalah dari Everton, pada laga yang menyebabkan dirinya dipecat, Moyes seperti tidak tahu harus berbuat apa untuk menghadapi taktik ini. Masalah ini yang dipecahkan oleh Giggs.

Caranya adalah dengan memanfaatkan sayap untuk memaksa garis pertahanan lawan turun. Ini karena akselerasi di sisi lapangan akan membuat jebakan offside menjadi tak ada gunanya.

Tapi, pola ini tidak diakhiri dengan umpan silang.

Setelah pemain sayap United memaksa garis pertahanan lawan turun, United lalu mengembalikan bola ke area tengah, sementara pemain depannya merangsek untuk mendekati garis gawang.

United lalu akan memberikan umpan pada para penyerang yang tepat berada di depan gawang. Atau, pemain MU akan menembak dari sekitar area kotak penalti, yang sudah kosong karena garis pertahanan lawan sudah terdorong ke dalam.

Gol kedua Rooney dan dua gol tambahan Mata menjadi bukti bahwa pemain United dapat lebih bebas melakukan tembakan di depan kotak penalti, atau bahkan berdiri semakin dekat dengan gawang.



Grafis gol kedua Rooney (10) – Credit: Daily Mail



Taktik ini juga diperkuat dengan Giggs yang mengubah permainan pada babak kedua. Shinji Kagawa diberi kebebasan lebih untuk bergerak dan tidak hanya beroperasi di sisi kiri. Ini membuat United, pada babak kedua, memiliki opsi serangan baru dengan tidak hanya fokus pada Valencia.

Rooney, yang bermain di belakang Welbeck, juga diberikan kebebasan yang sama. Ia dibebaskan untuk dapat masuk melalui sayap untuk melakukan tembakan.

Satu dari tiga tembakan di luar kotak penalti tepat sasaran yang dilakukannya terbukti membuahkan gol. Cara yang dilakukan Rooney ini jelas bukan kebetulan karena melalui sebuah skema yang hampir sama pada kesempatan lainnya.

Substitusi Sebagai Taktik

Kecerdikan Giggs dalam meramu taktik juga terlihat pada substitusi pemain yang dilakukannya. Memasukkan Mata untuk menambah jumlah pemain yang berdiri dekat dengan gawang dilakukan terbukti berhasil. Hanya butuh waktu tiga menit bagi United untuk menambah keunggulan.

Rooney, yang akhirnya harus bermain di depan karena Welbeck ditarik keluar, sempat membuat tenaga United di sayap menjadi berkurang. Tapi berselang lima menit kemudian Ashley Young masuk menggantikan Kagawa.

Pada titik ini, semua lini Setan Merah menjadi hidup kembali meski penampilan Young tak begitu bagus. Paling tidak United kini terdapat pemain yang bertugas menyisir lapangan dan memaksa garis pertahanan lawan turun.

Sedikit yang mengejutkan sekaligus menarik adalah pergantian pemain terakhir yang dilakukan oleh Giggs. Pelatih interim ini justru menarik Tom Cleverley dan memasukan Javier 'Chicarito' Hernandez pada menit ke-71. Pada era Fergie pun hal ini jarang dilakukan. Ketika unggul jauh, Fergie lebih banyak menghabiskan jatah pergantian ketiga untuk mengulur waktu, bukan untuk menambah daya dobrak.

Momen Kebangkitan

Terlalu dini memang untuk membuat ramalan apakah Giggs akan sukses menjadi manajer United. Satu pertandingan melawan Norwich tentu berbeda jika lawan yang dihadapi adalah Manchester City, Chelsea, atau mungkin Liverpool.


 Namun, jika tren raihan positif United kali ini bertahan sampai akhir musim, dampaknya bisa signifikan untuk musim berikutnya. Entah siapapun manajer yang akan menangani nanti.

Pasca terpuruk saat ditangani Moyes, United memang membutuhkan momentum untuk bangkit kembali. Nyanyian "Ryan Giggs Red and White Army" yang terdengar di Old Trafford semalam membuktikan bahwa semua pihak kini sedang bangkit.

Persoalan taktik sulit untuk dinilai dengan satu pertandingan. Tetapi, melihat semangat tim ketika bermain, setidaknya Giggs telah berhasil mengangkat kembali aura Old Trafford.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar