Mungkin hanya permen karet yang membedakan Ryan Giggs dengan
Sir
Alex Ferguson pada pertandingan perdananya sebagai pelatih. Semalam,
pria asal Wales itu menurunkan 100% skuat juara warisan bos terdahulunya
musim lalu dan menyingkirkan Fellaini dan Juan Mata dari daftar pemain.
“Ini
waktunya untuk bermain seperti Manchester United lagi,” ujar Giggs pada
konferensi pers pertamanya. Kata-kata ini sebenarnya bisa diterjemahkan
dengan “ini waktunya untuk bermain seperti Fergie lagi” (baca:
Hantu Sejarah Bernama Fergie)
Ya,
Giggs seolah memilih cara aman dengan bermain layaknya gaya mantan
pelatihnya itu. Wajar, karena nyaris seluruh pengetahuan sepakbolanya
selama 24 tahun berkarier di Old Trafford memang didapatkan dari Fergie.
Pola 4-2-3-1 yang menjadi dasar permainan David Moyes musim ini pun dirombak menjadi 4-4-2 andalan Fergie.
Susunan Pemain Manchester United dan Norwich (credit:
whoscored.com)
Cara Beda Memanfaatkan Sayap
Bermain
dengan gaya klasik 4-4-2, United tetap dapat menguasai pertandingan
berkat umpan rapat 1-2 yang diterapkan Giggs. Namun, selebihnya, tidak
ada yang istimewa dari apa yang diterapkan Giggs. Terutama pada babak
pertama.
Ya, meski unggul pada babak pertama melalui tendangan
penalti Wayne Rooney, sebenarnya United tidak bermain baik dalam
pertandingan kali ini. Padahal lawan mereka adalah Norwich City,
penghuni papan bawah Liga Inggris yang posisinya hanya satu strip di
atas zona degradasi.
Memang dalam pertandingan sebelumnya,
Norwich juga sempat merepotkan Liverpool dengan melakukan pressing
ketat, karena Norwich masih harus berjuang keras agar tetap bertahan di
kasta tertinggi Liga Inggris. Tapi, semalam pressing-pressing itu tak
terlihat.
United masih tetap kesulitan menghasilkan peluang berbahaya. Serangan
'Setan Merah' terlalu berfokus kepada Antonio Valencia di sisi kanan.
Ketiadaan Juan Mata membuat lini tengah menjadi kosong. Bola pun lebih
banyak didorong cepat ke arah Rooney/Welbeck di depan jika Norwich
sedang menghadang di area sayap.
Area permainan United babak pertama -
Squawka
Satu
hal yang membedakan Giggs dan Moyes sendiri adalah bagaimana Giggs
memanfaatkan pemain sayap. Ia membuat kedua sayap menjadi lebih
bertenaga dan memiliki fungsi lain.
Meski Giggs tetap
memanfaatkan kekuatan utama Valencia dengan menginstruksikannya untuk
turun-naik, pemain timnas Ekuador ini tak lagi monoton dengan hanya
menghujani kotak penalti dengan umpan silang panjang dari sisi lapangan.
Giggs
memintanya untuk mengurangi intensitas umpan silang. Sepanjang 90 menit
pertandingan, “hanya” lima kali Valencia melakukan
crossing, dengan empat diantaranya dilakukan pada babak pertama. Valencia justru melakukan umpan ke tengah sebelum ia memasuki area
final third, bukan dengan menyisir lapangan lalu kemudian crossing ke kotak penalti.
Grafis umpan Valencia sepanjang pertandingan –
Statszone
Merespons Taktik
Cara
bermain sayap ini adalah solusi Giggs dalam menyikapi problematika di
lapangan yang sering dihadapi Moyes. Biasanya, lawan-lawan United
menerapkan lini pertahanan rapat sehingga tidak ada kesempatan bagi
penyerang United untuk melakukan tembakan. Bahkan penyerang MU biasanya
dipaksa berada dalam posisi membelakangi gawang.
Saat kalah dari Everton, pada laga yang menyebabkan dirinya dipecat,
Moyes seperti tidak tahu harus berbuat apa untuk menghadapi taktik ini.
Masalah ini yang dipecahkan oleh Giggs.
Caranya adalah dengan
memanfaatkan sayap untuk memaksa garis pertahanan lawan turun. Ini
karena akselerasi di sisi lapangan akan membuat jebakan
offside menjadi tak ada gunanya.
Tapi, pola ini tidak diakhiri dengan umpan silang.
Setelah
pemain sayap United memaksa garis pertahanan lawan turun, United lalu
mengembalikan bola ke area tengah, sementara pemain depannya merangsek
untuk mendekati garis gawang.
United lalu akan memberikan umpan
pada para penyerang yang tepat berada di depan gawang. Atau, pemain MU
akan menembak dari sekitar area kotak penalti, yang sudah kosong karena
garis pertahanan lawan sudah terdorong ke dalam.
Gol kedua Rooney
dan dua gol tambahan Mata menjadi bukti bahwa pemain United dapat lebih
bebas melakukan tembakan di depan kotak penalti, atau bahkan berdiri
semakin dekat dengan gawang.
Grafis gol kedua Rooney (10) – Credit:
Daily Mail
Taktik ini juga diperkuat dengan Giggs yang mengubah permainan pada
babak kedua. Shinji Kagawa diberi kebebasan lebih untuk bergerak dan
tidak hanya beroperasi di sisi kiri. Ini membuat United, pada babak
kedua, memiliki opsi serangan baru dengan tidak hanya fokus pada
Valencia.
Rooney, yang bermain di belakang Welbeck, juga
diberikan kebebasan yang sama. Ia dibebaskan untuk dapat masuk melalui
sayap untuk melakukan tembakan.
Satu dari tiga tembakan di luar
kotak penalti tepat sasaran yang dilakukannya terbukti membuahkan gol.
Cara yang dilakukan Rooney ini jelas bukan kebetulan karena melalui
sebuah skema yang hampir sama pada kesempatan lainnya.
Substitusi Sebagai Taktik
Kecerdikan
Giggs dalam meramu taktik juga terlihat pada substitusi pemain yang
dilakukannya. Memasukkan Mata untuk menambah jumlah pemain yang berdiri
dekat dengan gawang dilakukan terbukti berhasil. Hanya butuh waktu tiga
menit bagi United untuk menambah keunggulan.
Rooney, yang
akhirnya harus bermain di depan karena Welbeck ditarik keluar, sempat
membuat tenaga United di sayap menjadi berkurang. Tapi berselang lima
menit kemudian Ashley Young masuk menggantikan Kagawa.
Pada titik
ini, semua lini Setan Merah menjadi hidup kembali meski penampilan
Young tak begitu bagus. Paling tidak United kini terdapat pemain yang
bertugas menyisir lapangan dan memaksa garis pertahanan lawan turun.
Sedikit
yang mengejutkan sekaligus menarik adalah pergantian pemain terakhir
yang dilakukan oleh Giggs. Pelatih interim ini justru menarik Tom
Cleverley dan memasukan Javier 'Chicarito' Hernandez pada menit ke-71.
Pada era Fergie pun hal ini jarang dilakukan. Ketika unggul jauh, Fergie
lebih banyak menghabiskan jatah pergantian ketiga untuk mengulur waktu,
bukan untuk menambah daya dobrak.
Momen Kebangkitan
Terlalu
dini memang untuk membuat ramalan apakah Giggs akan sukses menjadi
manajer United. Satu pertandingan melawan Norwich tentu berbeda jika
lawan yang dihadapi adalah Manchester City, Chelsea, atau mungkin
Liverpool.
Namun, jika tren raihan positif United kali ini bertahan sampai akhir
musim, dampaknya bisa signifikan untuk musim berikutnya. Entah siapapun
manajer yang akan menangani nanti.
Pasca terpuruk saat ditangani
Moyes, United memang membutuhkan momentum untuk bangkit kembali.
Nyanyian "Ryan Giggs Red and White Army" yang terdengar di Old Trafford
semalam membuktikan bahwa semua pihak kini sedang bangkit.
Persoalan
taktik sulit untuk dinilai dengan satu pertandingan. Tetapi, melihat
semangat tim ketika bermain, setidaknya Giggs telah berhasil mengangkat
kembali aura Old Trafford.